Makna dalam Peristilahan

Di dalam peristilahan, selain tata bahasa, makna juga sangat penting. Makna dapat dibedakan dari makna denotatif dan makna
konotatif. Terminolog (pencipta, pereka, atau penerjemah istilah)harus memahami betul makna yang terkandung dalam suatu isti-
lah. Suatu istilah mengandung suatu konsep tertentu sehingga pelaku peristilahan harus dapat dengan cermat menerjemahkan kon-
sep tersebut dalam bentuk istilah.

Untuk dapat memahami makna, para pelaku istilah juga harus memahami makna denotatif dan makna konotatif. Dengan memahami makna tersebut, istilah yang diciptakan atau diterjemahkan dapat mewakili konsep yang terkandung dalam suatu istilah.

Jika orang mengatakan sebuah kata atau istilah, misalnya kuda, orang akan mengacu pada hewan kuda. Kuda bermakna ‘hewan berkaki empat, berkuku tunggal, biasa dipiara orang sebagai kendaraan (tunggangan, angkutan) atau penarik kendaraan’. Makna yang terdapat dalam istilah itu disebut makna denotatif.

Sementara itu, ada juga orang yang menyebut istilah kuda hitam, tetapi acuannya bukan pada binatang kuda yang berwarna hitam. Istilah kuda hitam ternyata mengacu pada ‘peserta pertandingan atau perlombaan yang semula tidak diperhitungkan akan menang, tetapi akhirnya menjadi pemenang’. Makna yang di-
kandung itulah yang disebut sebagai makna konotatif.

Pemberian Makna Baru

Untuk memaknai kata dalam peristilahan dapat dilakukan dengan memberikan makna baru suatu kata, yakni dengan penyempitan
makna atau peluasan makna.

Penyempitan Makna

Penyempitan makna ialah makna yang terkandung dalam suatu kata dimaknai secara khusus untuk keperluan pemaknaan suatu istilah. Misalnya, kata gaya yang pada mulanya memiliki makna ‘kekuatan’ kemudian untuk keperluan peristilahan di bidang fisika menjadi bermakna ‘dorongan atau tarikan yang menggerakkan benda bebas’ sebagai padanan istilah Inggris force.

Kata kendala ‘penghalang, perintang’ yang dipersempit menjadi ‘pembatas keleluasaan gerak’ kemudian digunakan untuk pa-
danan istilah Inggris constraint. Demikian pula, kata ranah yang dalam bahasa Minang bermakna ‘tanah rata, dataran rendah’ dipersempit maknanya menjadi ‘lingkungan yang memungkinkan terjadinya percakapan yang digunakan sesuai dengan topik, partisipan, dan tempat’ sebagai padanan domain.


Peluasan Makna

Kebalikan dari penyempitan makna, peluasan makna ialah makna yang semula hanya mengacu pada hal yang spesifik mengalami
perkembangan makna sehingga dapat mencakup atau mengacu pada hal yang lebih luas lagi. Misalnya, garam yang awalnya hanya
digunakan untuk menyebut garam dapur (NaCl) kemudian mengalami peluasan makna, yakni maknanya menjadi mencakup semua
jenis senyawa dalam bidang kimia. Kata canggih, misalnya, yang semula bermakna ‘banyak cakap, bawel, cerewet’ juga mengalami
peluasan makna, yaitu ‘kehilangan kesederhanaan aslinya (sangat
rumit, terkembang)’. Kata canggih akhirnya digunakan sebagai padanan sophisticated.

Demikan pula, kata pamer yang diserap dari bahasa Jawa yang semula memiliki makna negatif, yakni ‘berlagak, beraga’ kemudian maknanya bergeser menjadi ‘menunjukkan se-
suatu yang dimiliki kepada orang banyak dengan maksud memperlihatkan kebolehan atau keunggulannya’. Makna itu menjadi me-
miliki nilai positif yang kemudian digunakan sebagai padanan show atau display.

Istilah Sinonim

Sinonim adalah dua bentuk atau lebih yang memiliki makna sama atau mirip. Di dalam peristilahan, tidak jarang suatu istilah memiliki
sinonim. Sinonim tersebut muncul karena dimungkinkan oleh beberapa hal, seperti adanya perbedaan waktu (pada masa dulu
hulubalang digunakan untuk komandan), perbedaan tempat (saya dan beta bersinonim, tetapi beta hanya digunakan di kawasan
Indonesia Timur), jarak sosial (saya dan aku digunakan secara berbeda karena melihat siapa yang diajak bicara), atau nilai rasa
(penganggur dan tunakarya bersinonim, tetapi tunakarya akan memiliki nilai rasa yang lebih halus daripada penganggur), serta adanya penyerapan dan penerjemahan.

Istilah terjemahan dan istilah serapan tersebut pemakaiannya dapat bersaing di masyarakat. Keduanya dapat dipakai secara bergantian. Ada orang yang lebih menyukai istilah serapan, tetapi ada pula orang menyukai istilah terjemahan.

Di dalam dunia peristilahan, kata yang memiliki makna bermiripan dapat dikelompokkan kemudian dapat dimanfaatkan sebagai padanan istilah asing yang juga memiliki makna yang bermiripan.

Istilah Homonim

Dua istilah atau lebih yang memiliki sama ejaan dan lafalnya, tetapi maknanya berbeda karena berlainan asalnya disebut sebagai istilah homonim.

Contoh:
pacar ‘1. tumbuhan yang digunakan
sebagai pemerah kuku; 2. daun inai’
pacar ‘kekasih’

hak ‘yang benar’
hak ‘telapak sepatu pada bagian tumit’

Istilah homonim dapat dibedakan menjadi homograf dan homofon.

Homograf

Dua istilah atau lebih yang sama bentuknya (sama ejaannya), tetapi berbeda lafalnya disebut istilah homograf.

Contoh:
teras ‘inti’
teras /téras/ ‘lantai datar, agak tinggi, atau agak
rendah yang berada di depan rumah’.

Homofon

Dua istilah atau lebih yang memiliki lafal sama, tetapi berbeda bentuk atau ejaannya disebut istilah homofon.

Contoh:
bank dengan bang
massa dengan masa
sanksi dengan sangsi (kedua istilah
ini sering dikelirukan pemakaiannya)
tank dengan tang

Istilah Polisem

Istilah polisem adalah satu bentuk yang memiliki makna lebih dari satu, tetapi masih bertalian maknanya. Kepoliseman (polisemi) timbul karena adanya perkembangan makna akibat pergeseran makna.

Di dalam kamus biasanya ditandai dengan angka Arab dalam deskripsi satu entri. Di dalam memadankan istilah asing yang bersifat
polisem harus diterjemahkan sesuai dengan makna dalam konteksnya. Dalam hal seperti itu, suatu istilah asing tidak selalu berpadanan dengan kata Indonesia yang sama karena medan makna yang berbeda.

Contoh:
cushion head topi tiang pancang
head gate pintu air atas
nuclear head hulu nuklir
velocity head tinggi tenaga kecepatan

Bentuk head dalam kelompok itu memiliki makna yang berbeda-beda (polisem) sehingga terjemahannya pun berbeda-beda sesuai
dengan konteksnya. Demikian pula, kelompok bentuk berikut.

detonating fuse sumbu ledak
fuse sekering
to fuse melebur, berpadu
center of interest pusat perhatian
public interest kepentingan publik
penalty interest bunga denda

Istilah Hiponim

Istilah hiponim merupakan istilah yang maknanya terangkum dalam superordinatnya yang memiliki makna lebih luas. Dengan kata lain, hiponim ialah kata atau istilah yang maknanya lebih spesifik daripada makna yang mencakupnya. Misalnya, kata kucing, anjing,
harimau, singa, dan ayam, masing-masing disebut hiponim atau bawahan dari kata hewan. Dengan demikian, kata hewan disebut
sebagai hiperonim atau superordinat, atau atasan kucing, anjing, harimau, singa, daIln ayam.

Di dalam terjemahan, superordinat pada
umumnya tidak diterjemahkan dengan salah satu hiponimnya, kecuali jika dalam bahasa sasaran tidak terdapat istilah superordinatnya. Kata poultry diterjemahkan dengan unggas, bukan dengan ayam atau itik. Demikian pula, kata mawar, melati, kenanga, anyelir, dan teratai masing-masing merupakan hiponim dari kata bunga yang menjadi atasan atau superordinatnya.

Untuk memudahkan pemahaman, dapat dikatakan bahwa mawar, melati, kenanga, anyelir, dan teratai merupakan jenis bunga. Hubungan antara mawar, melati, kenanga, anyelir, dan teratai disebut kohiponim.

Ihwal hubungan hiponim ini perlu dipahami betul dalam proses membentuk istilah. Ketika seseorang hendak menerjemahkan suatu istilah yang bersifat spesifik atau khusus, terjemahan yang dipilih bukan istilah atau kata yang bersifat generik atau umum, melainkan kata atau istilah yang khusus juga. Misalnya,
penguin tidak diterjemahkan menjadi burung (istilah burung sangat umum karena istilah burung merupakan superordinat dari penguin).Dengan demikian, jika tidak ada terjemahannya, istilah penguin diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi penguin.

Istilah Taksonim

Taksonim adalah hiponim yang beringkat-tingkat yang menunjukkan sistem klasifikasi konsep bawahan dan konsep atasan.

Misalnya bahwa makhluk merupakan
superordinat dari bakteri, hewan, dan tumbuhan. Dalam ketaksoniman tersebut terdapat hubungan antara kelas atasan
(makhluk) dan bawahan (bakteri, hewan, tumbuhan), atau hubungan hewan dengan mamalia, burung, ikan, dan juga serangga.

Di dalam pembentukan peristilahan, pemahaman tentang ketaksoniman sangat penting agar istilah yang dihasilkan tepat.
Untuk mengetahui bahwa suatu istilah merupakan istilah inti dari suatu bidang ilmu, diperlukan penyusunan taksonomi atau sering
disebut pohon ilmu. Dengan penyusunan taksonomi, akan terlihat bahwa superodinat atau hiperonimnya akan memiliki hiponim secara bertingkat-tingkat seperti yang terlihat dalam bagan di atas. Setelah memahami taksonominya, pembentukan istilah dapat dilakukan secara cermat.

Istilah Meronim

Istilah meronim adalah istilah yang memiliki hubungan dengan istilah lain yang merupakan bagian dari keseluruhan. Istilah yang
menyeluruh itu disebut holonim.

Misalnya, istilah tubuh mengandung makna keseluruhan terhadap bagian-bagiannya, yakni kepala, leher, dada, lengan, dan tungkai. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa istilah kepala, leher, dada, lengan, dan tungkai merupakan bagian dari tubuh. Hubungan antara tubuh dan bagian-bagiannya itu disebut hubungan kemeroniman. Kemudian lidah, gigi, dan bibir merupakan bagian dari mulut karena mulut mengandung makna keseluruhan yang mencakup makna lidah, gigi, dan bibir. Sementara itu, istilah bibir mengandung makna keseluruhan yang mencakup bagian-bagiannya, yakni bibir atas dan bibir bawah.

Wawasan tentang hubungan kemeroniman juga diperlukan oleh pencipta istilah. Untuk membentuk istilah yang merupakan bagian keseluruhan, pencipta istilah harus memahami betul hakikat hubungan makna kata tersebut. Misalnya, bagian pisau untuk memotong atau mengiris disebut pisau juga. Padahal, yang dimaksud ialah mata pisau. Jadi, mata pisau merupakan bagian (meronim) dari pisau. Oleh karena itu, pemilihan untuk istilah harus saksama sehingga diperoleh istilah yang tepat dan cermat.

Sumber: Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia: Tata Istilah. Meity Taqdir Qadratillah.

Pring

Pringadi Abdi Surya. Dilahirkan di Palembang, 18 Agustus 1988. Pernah terpilih menjadi Duta Bahasa Sumatra Selatan 2009. Sekarang tengah bertugas di Subdit Pembinaan Proses Bisnis dan Hukum, Direktorat Sistem Perbendaharaan. Lulusan Akuntansi Pemerintahan STAN 2010 ini suka jalan-jalan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *