Kritik atas Historical Cost Accounting

 

Objektivitas Akuntansi

Di dalam historical cost accounting, tujuan dari penyediaan informasi yang bemanfaat bagi pembuatan keputusan ekonomi adalah menyediakan informasi pada pengurusan fungsi manajemen meski penting, hal ini merupakan ineterpretasi yang sempit. Sejarah akuntansi menunjukkan bahwa peran lain dari akuntansi adalah untuk kebutuhan pembuatan keputusan para pengguna. Sebaliknya, pendekatan keputusan-kegunaan menyebutkan posisi yang “menatap ke depan” (forward-looking) ketimbang memperhatikan masa lalu.  Lebih jauh lagi,  informasi pada fungsi pengurusan tidak membutuhkan akuntabilitas yang ketat kepada jumlah asli yang diinvestasikan langsung atau tidak langsung oleh pemegang ekuitas. Investor juga tertarik mengetahui tentang peningkatan atau penurunan nilai investasi mereka sebagai representasi oleh aset bersih perusahaan.

Kritik atas historical cost accounting telah berulang kali didebat bahwa sistem gagal dalam menggarisbawahi fungsi dalam menyediakan informasi yang objektif. Ada banyak keputusan yang diasosiasikan dengan perekaman, pengukuran, dan pelaporan informasi bahwa sistem historical cost jauh dari objektif dan dapat dimanipulasi. Pada tahun 1998, AARF merilis Accounting Theory Monograph 10, Measurement in Financial Accounting yang mempertanyakan validitas informasi historical cost dan menyerang prinsip dasar sistem, bahwa informasi historis tidak meyakinkan dapat membangun dasar modal entitas.

 

Informasi bagi pengambilan keputusan.

Pendukung historical cost berpendapat bahwa manajer membutuhkan data historis dalam rangka mengevaluasi keputusan masa lalu mereka sebagai perenungan mereka untuk komitmen di masa depan.

Salah atau benarnya keputusan masa lalu harus dipastikan dengan apa yang terjadi di pasar. Edwards dan Bell berpendapat bahwa evaluasi yang memadai dari keputusan masa lalu harus meminta divisi dari total keuntungan dalam periode yang diberikan di antara keuntungan dari aktivitas operasi dan keuntungan dari gains (or loses) untuk mempertahankan aset atau kewajiban sementara harga mereka berubah. Lanjutnya, profit operasi dan memempertahankan gain harus dipisahkan ke dalam elemen yang diharapkan dan elemen kejutan.

Historical cost tidak memadai untuk evaluasi keputusan bisnis. Ketika aset diperoleh, historical costnya berhubungan karena mengacu pada kejadian saat ini. Bagaimanapun juga, sekali periode perolehan berlalu dan itu sudah tidak lagi kekinian dan karena itu tidak lagi konsekuensial. Profit dalam tahun yang diberikan ditujukan untuk merepresentasikan peningkatan bersih dalam nilai modal entitas tahun itu. Modal/capital dapat didefinisikan dalam berbagai cara. Misalnya, untuk bermanfaat bagi pengambilan keputusan, capital boleh berarti kapabilitas operasional perusahaan, atau kemampuan membayar perusahaan. Dalam konteks historical cost, modal adalah investasi moneter perusahaan yang orijinal.

Jika modal didefinisikan  sebagai kapabilitas operasional perusahaan, profit adalah perubahan kapabilitas operasi selama periode pelaporan.  Informasi ini berguna bagi keputusan yang berfokus pada kemampuan entitas untuk meningkatkan produksi dan untuk bersaing dengan industri pesaing di masa depan. Jika profit adalah perubahan kemampuan membayar, konsepnya modal dianggap modal finansial yang diukur dalam harga hari ini. Lagi, ini berguna karena menyediakan informasi perubahan kapasitas perusahaan untuk membayar transaksi di pasar.

Kritik bilang profit dilaporkan dengan historical cost tidak punya interpretasi yang prospektif. Informasi itu hanya retrospektif. Historical cost accounting mengadopsi konsep modal finansial (sejumlah uang yang diinvestasikan ke perusahaan) ketimbang kemampuan membayar dalam investasi. Setelah tahun akuisisi, historical cost tidak berkorelasi dengan kejadian pada tahun tersebut.

Pada biaya historis, terkadang profit menjadi overstated di saat harga naik yang dapat mengaburkan nilai sebenarnya dari kenaikan modal.

Historical cost lebih objektif dari harga saat ini tetapi kritik menyatakan relevansinya bagi pengambilan keputusan sangatlah dipertanyakan. Fakta bahwa sejumlah pengecualian menyingkap rasionalisasi itu hanyut. Sterling mencatat cost/biaya bukanlah prinsip fundamental akuntansi termasuk derivatif dari prinsip penilaian konservatisme.

 

Dasar Historical Cost

Salah satu asumsi dasar biaya historis adalah keberlanjutan usaha (going concern) di mana semua persediaan diharapkan bisa terjual dan biaya yang belum terpakai atas suatu aset akhirnya akan terpakai. Kritik terhadap pernyataan tersebut adalah bahwa tidak ada bisnis yang memiliki “indefinite life” di masa depan. Lebih masuk akal untuk berasumsi bahwa suatu bisnis tidak bertahan untuk selamanya.

 

Penandingan

            Matching concept dalam akuntansi biaya historis merupakan tandingan antara pendapatan yang dihasilkan dengan biaya yang terjadi dalam proses mendapatkan pendapatan tersebut untuk menghasilkan profit. Kritik yang terjadi adalah bahwa dalam banyak kasus, pencocokkan/penandingan antara biaya dengan pendapatan terkait secara praktik sulit dilakukan karena secara esensial praktik yang dilakukan pada umumnya adalah keputusan acak daripada analisis yang konsisten dari biaya historis.

 

Kebutuhan Investor

Telah diperdebatkan, historical cost accounting yang berfokus dalam menentukan net profit menyebabkan baik itu distorsi ataupun disembunyikannya pengungkapan penting perusahaan. Whitman dan Shubik berargumen bahwa masalah berkembang karena tujuan konvensional dari historical cost bermasalah:

  • Akuntan itu naif, pandangannya teralu sederhana atas investor dan kebutuhannya
  • Akuntan menerima cara kuno, pandangan para fundamentalis mengenai perusahaan dan pembagian mereka harus dianalisis.

Kritik terhadap akuntansi berbasis historis adalah:

  1. Investor biasanya memiliki pengetahuan yang sedikit mengenai perusahaan, manajemen, kebijakan dan tujuan, serta peluang dan masalahnya
  2. Investor memiliki peran yang pasif karena mereka tidak dalam posisi untuk mengubah cara perusahaan menggunakan sumber dayanya
  3. Investor dapat masuk dan keluar kapanpun karena kepemilikannya mudah diperjualbelikan
  4. Investor membangun pemikiran jangka pendek

Pring

Pringadi Abdi Surya. Dilahirkan di Palembang, 18 Agustus 1988. Pernah terpilih menjadi Duta Bahasa Sumatra Selatan 2009. Sekarang tengah bertugas di Subdit Pembinaan Proses Bisnis dan Hukum, Direktorat Sistem Perbendaharaan. Lulusan Akuntansi Pemerintahan STAN 2010 ini suka jalan-jalan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *