Salah satu hal yang saya sesali ketika kelulusan SMA adalah saya tidak ikut mencorat-coret baju sekolah. Saya terlalu lugu waktu itu dan berpendapat bahwa hal itu nggak ada gunanya. Lebih baik baju disumbangkan kepada orang yang membutuhkan. Mencorat-coret baju adalah tindakan tolol, dan sebagainya.
Itu semua omong kosong. Mari kita survei, berapa persen dari kita yang bekas baju sekolahnya benar-benar disumbangkan? Baju yang umurnya 1 tahun (mungkin juga ada yang 3 tahun) yang sudah bekas keringat, kusam, dan mungkin ada bolongnya itu malah banyak berakhir sebagai lap. Disumbangkan pun rasanya tak layak.
Mencoret baju hanyalah kebebasan berekspresi. Tidak ada salahnya. Tidak melanggar hukum juga. Salah satu teman, malah memajang baju yang penuh coretan di kamarnya, dibungkus sedemikian rupa. Itu adalah kenangan, kenangan terakhir dari teman-remannya, yang setelah kelulusan banyak akan terpisahkan entah kemana, dan menjalani hidup sebagai manusia dewasa. Aku merasakan pedih karena aku tak punya kenangan semacam itu. Aku tak tahu seberapa banyak teman-teman SMA-ku yang benar-benar menganggapku teman. Seberapa besar aku hidup di kenangan orang lain?
Jadi, jika kamu masih SMA, pas lulus nanti, jangan ragu untuk berekspresi…. tinggalkan kenangan tentangmu di baju temanmu. Jangan terpengaruh dengan ucapan “Ngapain coret-coret, nggak manfaat, mending bagi makanan ke yatim piatu, bla bla….” Salah. Itu adalah dua hal yang berbeda, tidak linier. Kalian tetap dapat melakukan keduanya. Mencoret-coret dan bersedekah sekaligus!