Curug Maribaya

Curug Omas di Taman Hutan Raya (Tahura) Juanda, Bandung

Curug Omas terletak di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Juanda, Bandung. Banyak yang keliru menyebut Curug Omas sebagai Curug Maribaya karena letaknya di Maribaya. Padahal Curug Maribaya dalah penyebutan untuk curug yang berada di Maribaya. Di antaranya adalah Curug Cikawari, Curug Cigulung, dan Curug Cikoleang yang dua di antaranya merupakan curug di Maribaya Resort.

Ada beberapa pintu masuk untuk menuju Curug Omas. Tergantung kita mau treking seberapa jauh. Buat yang suka perjalanan simpel bersama keluarga, pintu dengan rute terdekat dan termudah adalah melalui Pintu IV Tahura.

Terlihat dalam gambar, jalur trekingnya sudah berbatu dan disemen. Anak tangganya mudah untuk dilalui. Di sisi jalan tumbuh bebungaan. Dan ada orang mengamen dalam bahasa Sunda. Seru pisan.

Sungai yang mengaliri Curug Omas ini adalah aliran sungai Cikapundung. Nah, ada cerita menarik nih tentang muasal Curug Omas dan Cikapundung

Air Mata Sangkuriang

Ceritanya disangkutpautkan dengan Legenda Sangkuriang. Konon, saat itu Sangkuriang sedang mencari buruan untuk dijadikan hidangan makan malam bersama Dayang Sumbi. Sangkuriang pun menelusuri hutan bersama Si Tumang, seekor anjing yang merupakan Ayahanda Sangkuriang yang tengah menerima kutukan dari Sang Dewa.

Namun, sayangnya Sangkuriang tidak menemukan satu pun buruan yang dapat diburu. Ia takut Dayang Sumbi marah karena dia pulang tanpa hasil berburu. Dalam sekejap Sangkuriang mendapat sebuah ide untuk membunuh Si Tumang dan mengambil hatinya untuk makan malam. Tanpa rasa ragu Sangkuriang pun melakukan hal tersebut.

Dayang Sumbi terlihat senang melihat Sangkuriang membawa hasil buruannya. Ia memasak hati tersebut tanpa ia tahu bahwa hati yang ia pasak merupakan hati Si Tumang. Makan malam pun tiba. Sangkuriang duduk bersama Dayang Sumbi untuk menyantap hidangan hasil buruan. Di tengah-tengah santapan makan malam, Dayang Sumbi menanyakan Si Tumang kepada Sangkuriang. Sangkuriang sekejap bingung harus menjawab bagaimana karena ia telah membunuh Si Tumang untuk hidangan makan malam.

Sangkuriang dengan rasa takut menjawab pertanyaan Dayang Sumbi. Ia menjawab bahwa makan malam yang mereka makan itu merupakan hati daripada Si Tumang. Sontak Dayang Sumbi terkejut dan marah kepada Sangkuriang.  Dayang Sumbi kemudian memukul kepala Sangkuriang menggunakan sendok yang terbuat dari kayu dengan sangat keras. Akibatnya kepala Sangkuriang berdarah dan ia menangis tak kuasa menahan rasa sakit. Sangkuriang lalu diusir tidak diperbolehkan tinggal di rumah bersama ibundanya. Ia lalu keluar dengan tangisan yang tak bisa ia hentikan.

Curug Maribaya

Air mata Sangkuriang yang terus menerus keluar itu dianalogikan menjadi aliran Sungai Cikapundung yang tak pernah kering. Cikapundung yang diartikan oleh beberapa warga Bandung berasal dari suku kata Ci dalam Bahasa Sunda berarti Air, dan Ka-Pundung, atau Pundung yang menggambarkan seseorang yang bersedih. Itu sebabnya sungai tersebut dinamai dengan sebutan Cikapundung.

Aliran Sungai Cikapundung itu melewati lembah dan tebing-tebing menjadi air terjun. Salah satunya menjadi Curug Omas. Curug Omas pun menjadi objek yang disangkutpautkan dengan Legenda Sangkuriang yang fenomenal tersebut. Air terjun dengan tinggi sekitar 15 meteran dan kedalaman 10 meteran itu mempunyai aliran air yang deras. Jatuhan air dari tepi tebing curug itu membuat suara yang bergemuruh. Suara yang bergemuruh dengan aliran air yang deras itu dianalogikan sebuah tangisan Sangkuriang yang sangat bersedih dan menahan rasa sakit luar biasa.

Kenapa Air Curug Omas Keruh?

Seperti disebutkan, kedalaman Curug Omas kira-kira mencapai 10 meter. Kita tidak boleh turun ke bawah air terjun, apalagi berenang di sana. Bukan hanya soal kedalamannya, tetapi juga airnya keruh.

Kerusakan di sekitar hulu sungai membuat warna sungai menjadi keruh. Ini membuat keindahan sebuah objek yang bersejarah menjadi berkurang.

Makanya, kita patut banget menentang eksploitasi besar-besaran Dago Pakar dan sekitarnya. Pohon-pohon banyak ditebangi, dibangun perumahan dan sebagainya. Nggak bagus banget lho efeknya ke alam. Lebih parah, itulah penyebab banjir di Bandung.

Pring

Pringadi Abdi Surya. Dilahirkan di Palembang, 18 Agustus 1988. Pernah terpilih menjadi Duta Bahasa Sumatra Selatan 2009. Sekarang tengah bertugas di Subdit Pembinaan Proses Bisnis dan Hukum, Direktorat Sistem Perbendaharaan. Lulusan Akuntansi Pemerintahan STAN 2010 ini suka jalan-jalan.

2 Comments

  1. wah sejuk banget ya dis ana, apalagi dari THR jalan bisa tembus ke maribaya

  2. Keindahan alam yg begitu memukau yg di selimuti mitos 🙂

    Tapi sayang tangan2 jahil merusak alam sehingga sungaipun menjadi keruh, patut di sayangkan 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *