Curug Emas Pinang Gading yang Asri

Tidak puas dengan Curug Batu Bolong, kami pun berpikir untuk melanjutkan perjalanan ke curug lain. Belum jam 9 soalnya. Pilihannya antara ke Curug Walet atau ke Curug Tebing. Malah ketemu Curug Emas Pinang Gading.

Hanya saja karena kondisiku yang memang sedang obesitas, wkwk, aku jadi merasa insecure mengenai jarak tempuh dan medan yanh harus dilalui. Kalau ke Curug Walet, turunnya lebih terjal daripada ke Curug Kiara. Aku tahu itu dari pengunjung lain saat ke Curug Kiara beberapa waktu lalu.

Sedangkan untuk Curug Tebing aku tidak punya bayangan. Sedang bingung, datang seorang akang-akang membawa sabit. Dia bilang dia termasuk orang yang membuka jalur curug-curug di kawasan ini. Dia bercerita di dalam ada Curug Emas. Curug Emas Pinang Gading lebih tepatnya.

Kalau mau ke Curug Tebing harus diantar. Dalam tulisan berbeda aku akan ceritakan perjalanan kami ke Curug Tebing. Tapi sebelum ke sana kami ke Curug Emas Pinang Gading terlebih dahulu.

Kami pun masuk melewati rumah warga lalu menemukan jalan setapak yang sudah dikeraskan dengan bebatuan. Rutenya lumayan. Kita langsung disuguhi sebuah bukit dengan pohon-pohon pinus. Biasanya di bukit pertama inilah banyak orang camping.

Lumayan mengaslah mendaki satu bukit ini buat orang gendut kayak aku. Menyesal, karena seharusnya motor bisa dikendarai ke puncak bukit ini. Tampak lahan yang rata, sepertinya jadi tempat parkir motor buat orang-orang berkemah.

Curug Emas Pinang Gading pun bisa dicapai dalam waktu treking 15 menit saja. Ada beberapa warga setempat yang sedang membersihkan curug tersebut. Kolam di bawah air terjun tersebut sudah dibeton sisi-sisinya. Kolamnya sudah terbendung tidak alami. Kedalamannya hanya setinggi dada. Bunga-bunga ditanam di sekelilingnya sehingga curug ini tampak cantik.

Curug Emas ini dinamakan demikian karena bebatuannya berwarna seperti emas. Ketinggian totalnya tidak sampai 10 meter. Tidak jatuh langsung, namun mengalir lewat struktur bebatuannya yang unik. Curug Emas ini alirannya berasal dari Sungai Parigi.

Saya menyempatkan diri berenang di kolamnya sesudah dibersihkan. Sendirian. Soalnya adik saya malas basah-basahan. Rasanya nggak nyaman ternyata berenang di curug sendirian.

Mau gimana pun di setiap curug kental aura mistisnya. Saya nggak boleh terlalu sombong meski tampaknya kondisinya aman-aman saja.

Pring

Pringadi Abdi Surya. Dilahirkan di Palembang, 18 Agustus 1988. Pernah terpilih menjadi Duta Bahasa Sumatra Selatan 2009. Sekarang tengah bertugas di Subdit Pembinaan Proses Bisnis dan Hukum, Direktorat Sistem Perbendaharaan. Lulusan Akuntansi Pemerintahan STAN 2010 ini suka jalan-jalan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *