Curug Pasir Reungit berada persis di dekat Curug Goa Lumut. Satu parkiran bahkan, meski dengan dua pintu masuk yang berbeda. Karcis masuknya juga sama, 10.000 saja. Namun, dua curug ini memiliki perbedaan tawaran pandangan mata.
Hal paling khas dari Curug Pasir Reungit adalah tone-nya. Foto yang diambil di sini dijamin instagramable, tanpa perlu diedit pun akan keluar warna yang khas. Airnya biru kehijauan, rumput hijau tua, dengan banyaknya pohon dan bebatuan memungkinkan kita melakukan teknik framing alami dalam fotografi.
Namun, karena liburan ke sini bareng keluarga, jadi aku kurang fokus untuk mengesplorasi titik-titik foto yang ajib. Kami menghabiskan waktu dengan melakukan foto bersama saja.
Curug Pasir Reungit sendiri memiliki ketinggian sekitar 30 meter. Di bawahnya ada kolam, yang cukup eksklusif untuk diberenangi. Namun, airnya dingin sekali. Serius. Galigatoku keluar di sini.
Curug ini baru dibuka. Ya, pada tahun 2017, Curug Pasir Reungit baru mulai dikelola oleh pihak kehutanan dan dibuka untuk umum.
Dari pintu masuk, kita harus melakukan treking sekitar 10-15 menit. Dari atas, kita sudah bisa melihat kemegahan curug ini. Namun, bila musim hujan, turun ke curug harus ekstra hati-hati. Sebab, jalannya kecil dan licin. Pada sisinya hanya dibatasi bambu, dan sisi lainnya tebing bebatuan. Sejujurnya, aku ngeri kalau tiba-tiba longsor begitu.
Curug Pasir Reungit berada dalam aliran sungai yang sama dengan air terjun lain. Di hilir ada Curug Cigamea sementara di bagian hulu ada Curug Cikondang, Curug Pangeran dan Curug Ngumpet (sabar, nanti aku tulis satu-satu curug-curug ini).
Saat itu, kami sih memutuskan ke Curug Pasir Reungit terlebih dahulu sebagai pemanasan. Treking pagi hari akan menyehatkan tubuh. Olahraga baik. Puas mengambil foto, barulah kami ke Curug Goa Lumut dan berenang di sana. Seru!