Tulisan ini disarikan dari buku 13 Poin Menulis Cerita Pendek, Dijamin Bisa Menulis Cerpen dalam Waktu Singkat karya @imperialjathee.
Sang penulis menyebutkan bahwa ketiga belas poin itu adalah persoalan tema, membuka bab awal, karakter tokoh, setting dan plot, konflik, porsi dialog dan narasi, dialog, gaya penulisan, ending, efektivitas kalimat dan tanda baca, nilai tambah, tren update dab mengatasi writer’s block, serta re-write.
Menentukan Tema Cerita
Soal tema, sang penulis berpendapat bahwa karena cerita yang pendek, cerpen hanya berisi satu tema. Hal itu berkaitan dengan keadaan plot yang tunggal dan pelaku yang terbatas.
Tips dalam menentukan tema cerita pendek haruslah dimulai dengan perasaan yang peka. Beberapa hal perlu dipertimbangkan saat menentukan tema cerpen. Pertama, soal minat. Kamu harus mulai menemukan minatmu. Menulis sesuai minat tak akan membuatmu terbebani tetapi menghadirkan energi tersendiri. Kedua, mengangkat masalah kehidupan nyata. Dalam hal ini kita harus mengamati berbagai hal komplek dalam kehidupan, terutama yang dialami oleh orang-orang sekitar kita. Ketiga, berimajinasi. Cerita jadi mudah dikembangkan karena tidak berdasarkan kenyataan. Carilah tempat yang nyaman, lalu kembangkan pikiranmu. Keempat, membaca. Kelima, melihat tren yang sedang berkembang saat ini. Keenam, dengarkan musik kesukaanmu. Musik punya kekuatan untuk menghadirkan perasaan tertentu. Dan terakhir, berburu dan mendengarkan cerita orang terdekat. Semakin banyak mendengar cerita dari orang lain, kita akan menjadi lebih mudah dalam menentukan tema.
Membuka Cerita
Soal membuka cerita ini sebelumnya sudah pernah kubahas di Teknik Membuka Cerita. Membuka cerita memang menjadi soal yang penting. Stanton bilang, jika kalimat pertama yang dituliskan seorang pengarang sengaja dibuat tidak menimbulkan efek, sama saja ia telah jatuh pada langkah pertama.
Tidak ada perbedaan yang begitu berarti dari tips-tips yang diberikan dengan yang sudah kutulis pada artikel sebelumnya. Silakan dibaca, ya.
Karakter Tokoh
Supaya cerita lebih beragam, ada beberapa karakterisasi dalam penokohan. Sayangnya, aku nggak setuju dengan penjelasan yang diberikan penulis buku ini.
Ia mendeskripsikan protagonis sebagai tokoh yang baik dan sebagai tokoh utama cerita. Sedangkan antagonis adalah tokoh yang karakternya buruk dan berseberangan dengan protagonis.
Hal itu keliru, protagonis adalah tokoh utama cerita dan tidak berkaitan dengan kebaikan/keburukan. Antagonis adalah tokoh yang menghalangi protagonis dalam mencapai tujuannya.
Selain protagonis dan antagonis, terdapat karakter lain seperti skeptic, sidekick, contagonist, guardian. reason, dan emosion. Mungkin ini akan kubahas di lain kesempatan.
Mengatasi Writer’s Block
Nah, aku langsung lompat ke persoalan writer’s block? Bagaimana sih kiat penulis dalam mengatasi writer’s block?
Tidak dimungkiri memang persoalan writer’s block menjangkitiku juga. Nggak ada rumus yang pasti untuk mengatasinya. Aku pribadi menganggapnya bagian dari proses. Toh seperti kata Joko Pinurbo, memangnya kita mau menulis setiap hari? Kan nggak.
- Periksa Outline Plot Ceritamu. Cerita yang baik memiliki plot yang matang. Biasanya keganjilan dalam plot cerita itu yang menyebabkan writer’s block. Maka terlebih dahulu kita merevisi outline sebelum melanjutkan penulisan.
- Riset. Riset sama saja mengisi diri kita. Kalau kehabisan data yang menjadi isi, ya kita jadi nggak bisa memproduksi sesuatu. Jadi, risetlah!
- Jalan-jalan atau refreshing. Sebabnya rasa jenuh. Aku juga sering melakukan itu. Jalan-jalan ke air terjun menjadi favoritku.
- Ubah Situasi Sekitarmu. Waktu dan tempat menulis juga berpengaruh ke mood menulis. Kalau bosan di kamar, coba menulis di kafe. Bisa juga di taman atau di tempat-tempat baru lainnya.
- Dengarkan Musik. Oh, ini dulu sering kulakukan. Cari musik-musik favoritmu dan dengarkanlah sambil menulis.
- Tidur. Kadangkala kita nggak menyadari bahwa otak kita lelah. Tidur adalah solusinya. Biar otak kita segar kembali.
Kayaknya itulah yang menjadi titik tekan dari buku ini. Semoga bermanfaat!