Kang Emil, Tolong Selamatkan Curug Cipanas Nagrak!

Bayangan Curug Cipanas Nagrak yang indah itu sirna ketika kutapakkan kaki di sana. Padahal sudah kusengajakan diri tidak mandi dulu agar bisa berendam di curug mini berair panas tersebut. Tidak seperti foto-foto yang banyak diunggah di media sosial, Curug Cipanas Nagrak tak terurus. Kotor sekali. Sampah di mana-mana. Jijik melihatnya.

Curug Cipanas Nagrak

Kecurigaan akan buruknya Curug Cipanas Nagrak sudah mulai terasa ketika kami sampai di lokasi. Pada papan penunjuk yang pertama, tertera tulisan curug ditutup karena sudah tak dikelola sejak November 2018. Namun, warga mengarahkan kami naik beberapa puluh meter lagi, dan nampak keramaian di sana.

“Curugnya tak dibuka lagi?” tanya saya ke salah satu warga.

Ia tidak menjawab, dan malah mengarahkan saya untuk memarkirkan motor. “Parkirnya 10.000. Biaya masuknya gratis. Bebas,” katanya.

“Curugnya masih bisa dikunjungi?” tanya saya lagi.

“Iya, silakan,” jawabnya.

Kami pun menuruni jalan tanah. Tampak saung-saung dengan kolam-kolam di depannya. Yang mengherankan kok saung-saung itu tidak ada penjaganya. Dari kejauhan, tampak pula orang-orang ramai berkerumun, berendam di kolam di depan curug. Pemandangan yang indah dari kejauhan.

Namun sayang, keindahan itu hanya ada di kejauhan. Begitu kami mendekat, kolam pertama sudah tampak kumuh, Cokelat. Tidak biru seperti di foto-foto. Beberapa sampah tampak di sisi-sisinya.

Curug Cipanas Nagrak

Kami yang sudah beli sarapan di Dago, mencari saung-saung. Selera makanku mendadak lenyap melihat sampah-sampah bertumpuk dikerumuni lalat-lalat. Dan heran melihat sejumlah orang, masih santai berkumpul makan di dekatnya,

Kudekati curug utama dan kolam di depannya. Orang-orang berendam di sana. Menanti diguyur aliran air terjun. Namun, di depannya pemandangan tak tahan kulihatnya. Air tampak kehijauan penuh kotoran.

Curug Cipanas Nagrak

Sungguh, sayang sekali, Curug Cipanas Nagrak di Parongpong ini harusnya bisa jadi destinasi keren, mengingat keunikannya, curug air panas. Dikelilingi tempat yang asri pula. Aku membayangkan andai ia bisa dikelola seperti Curug Tilu Leuwi Opat, pasti bakal keren banget.

Setelah kucari informasi via Google, katanya terhitung mulai tanggal 22 November 2018 wisata alam yang sedang hits di Kabupaten Bandung Barat Tersebut akan diperbaiki dan Direnovasi demi memberikan pelayanan dan kenyamanan yang lebih untuk setiap tamu yang datang. Namun, belum diketahui kapan destinasi wisata ini bisa kembali dinikmati oleh pengunjung. Pas ke sana kemarin, tak ada tanda-tanda perbaikan pun.

Bisa nggak ya, Kang Emil, pengelolaannya diambil alih Pemprov Jabar saja gitu? Pasti kalau Kang Emil yang pegang, bakal jadi keren banget.

 

Pring

Pringadi Abdi Surya. Dilahirkan di Palembang, 18 Agustus 1988. Pernah terpilih menjadi Duta Bahasa Sumatra Selatan 2009. Sekarang tengah bertugas di Subdit Pembinaan Proses Bisnis dan Hukum, Direktorat Sistem Perbendaharaan. Lulusan Akuntansi Pemerintahan STAN 2010 ini suka jalan-jalan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *