Fairy Tail dan Omong Kosong Power Up


Aku tidak tahu apakah ada orang lain di dunia yang juga membayangkan dirinya tiba-tiba dapat power up secara tiba-tiba. Aku sering membayangkan hal demikian. Tiba-tiba aku mendapatkan kekuatan mahadahsyat. Aku bisa terbang, aku bisa mengeluarkan bola energi dari tangan, aku bisa memegang pedang dan satu kali tebasan pedangku memiliki kekuatan penghancur seperti Roronoa Zoro. Aku pun berandai-andai menggunakan kekuatan itu untuk pergi ke Palestina dan sendiri aku menghadang pasukan Israel, menghadang tank-tank, menebas pesawat-pesawat tempur dengan begitu heroiknya.

Sampai juga perandaian itu terbawa-bawa ke dalam mimpi.

Semalam aku baru memimpikan hal itu. Aku punya kekuatan seperti Son Go Ku, tapi anehnya aku lupa cara mengeluarkan kamehameha. Padahal musuh di depan mata. Alhasil aku dihajar habis-habisan. Ketika sadar, aku terbangun dan jam menunjukkan pukul 06.30. Ada 2 panggilan tak terjawab dari Bapak. Aku sadar aku belum shalat Subuh.

Hidup tentu tidak seomong kosong komik-komik seperti Fairy Tail, yang tokoh-tokohnya bisa mendadak hebat, meningkatkan kekuatan untuk mengalahkan musuh bahkan dalam satu serangan mutlak.

Kebanyakan komik memang menyaratkan itu. Dihajar berkali-kali, sang tokoh baik tidak juga kalah, namun dalam satu pukulan balasan, musuh yang harusnya begitu kuat langsung KO seketika. Sebagai pembaca serius, aku tak menyukai hal seperti itu. Aku menyukai komik-komik yang sedikit realistis.

Sebab ada satu hal yang membedakan fiksi dari kenyataan, yakni fiksi harus masuk akal.

Karena itulah aku menyukai Hanamichi Sakuragi dalam komik Slam Dunk. Selain dia pernah dipecundangi Sendoh, kalah dari Kainan Daifozoku, Sakuragi kemudian membawa kemenangan tak terduga melawan juara bertahan Sannoh Kogyo dengan sebelumnya melakukan latihan yang amat keras. Bukan hanya itu, kemenangan itu diraih dengan pengorbanan. Sakuragi cedera parah. Sohoku habis-habisan dan tersingkir di pertandingan berikutnya.

Cerita seperti itu sangat manusiawi dan tidak mungkin kulupakan seumur hidupku.

Kata kuncinya adalah usaha dan kerja keras. Tidak mungkin dalam hidup ini kita meraih hal yang instan. Aku meyakini itu dan percaya, aku tak boleh takut gagal. Aku harus menghabiskan satu per satu stok gagal selagi muda biar nanti kutuai hasil keberhasilannya.

Kamu, apakah kamu takut gagal?

Pring

Pringadi Abdi Surya. Dilahirkan di Palembang, 18 Agustus 1988. Pernah terpilih menjadi Duta Bahasa Sumatra Selatan 2009. Sekarang tengah bertugas di Subdit Pembinaan Proses Bisnis dan Hukum, Direktorat Sistem Perbendaharaan. Lulusan Akuntansi Pemerintahan STAN 2010 ini suka jalan-jalan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *